Tuesday, November 23, 2010

Mengukur Dalamnya Samudera (Warta Warga)

Samudera lautan masih menjadi tempat yang paling mengundang misteri di Bumi ini. Maka, sekelompok ilmuwan baru-baru ini mencoba mengukur seberapa persis dalamnya samudera dan seberapa banyak air laut yang ditampung.

Menurut laman
LiveScience.com, tim peneliti menggunakan pengukuran dari satelit untuk mendapat perkiraan yang lebih tepat. Hasilnya, untuk sementara ini, samudera lautan diyakini memiliki kedalaman rata-rata hingga 12.080,7 kaki atau 3.682,2 meter dan menampung air laut sebanyak 0,3 miliar kubik mili atau 1,332 miliar kubik kilometer.

Angka terbaru yang didapat lebih sedikit dari perkiraan-perkiraan sebelumnya. "Bila ingin tahu volume air laut di planet ini, cobalah cari di laman Google dan kita bisa-bisa mendapat lima data yang berbeda, sebagian besar merupakan hasil perkiraan 30 atau 40 tahun yang lalu," kata Matthew Charette, peneliti dari Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) di Massachusetts, Amerika Serikat. Dia memimpin tim pengukur samudera.

Upaya pengukuran samudera kemungkinan sudah dimulai pada 1888 oleh John Murray. Teknik pengukurannya pun masih sederhana dan tidak secanggih saat ini, yang sudah mendapat bantuan penginderaan dari satelit.

Rendahnya volume air laut dibandingkan dari hasil pengukuran-pengukuran sebelumnya bukan disebabkan karena menyusutnya air laut di samudera, namun lebih karena pengukuran terkini mampu mendeteksi rangkaian gunung di bawah laut dan formasi lain yang membentuk cekungan-cekungan di dasar samudera.

Penginderaan lewat satelit menunjukkan bahwa dasar samudera ternyata, "Punya gelombang yang lebih besar dan punya banyak gunung dari yang diduga," kata Walter Smith, peneliti dari Badan Kelautan dan Atmosfir AS (NOAA).

Satelit juga bisa mendata berbagai bentuk dasar samudera yang ada di muka Bumi, terkecuali di sejumlah wilayah di perairan Kutub Utara yang diselimuti salju. Maka, menurut Smith, satelit tidak saja membantu mengukur kedalaman samudera dan volume air laut, namun juga bisa menghasilkan peta dunia baru.

Masalahnya, pengukuran lewat satelit juga punya kelemahan. "Ada masalah pada resolusi ruang, seperti kamera yang tidak fokus," kata Smith. "Kami mengukur permukaan laut yang dipengaruhi oleh pegunungan. Namun, kita hanya melihat gunung-gunung yang besar dan itupun tidak fokus. Resolusinya 15 kali lebih rendah dari peta Mars dan bulan," lanjut Smith kepada
LiveScience.com.

Konsekuensinya, peneliti harus membutuhkan pengukuran dari kapal untuk menyempurnakan pantauan dari satelit. Sejauh ini, sonar dari kapal maupun dengan instrumen lain hanya mampu mendata 10 persen dari seluruh dasar laut.

Masalahnya, menurut Smith, pengukuran dari kapal membutuhkan waktu yang lama. Bila hanya memakai satu kapal maka bisa memakan waktu 200 tahun untuk mendata semua bentuk dasar laut yang ada di muka bumi. Maka, bila memakai 10 kapal akan memakan waktu sekitar 20 tahun. Demikian perkiraan dari Angkatan Laut AS.

Hasil studi pengukuran samudera yang turut didanai EarthWater Institute itu akan dijelaskan secara rinci dalam jurnal "Oceanography" edisi Juni.

Sumber : vivanews.com

No comments:

Post a Comment